Selasa, 14 Juli 2015

World War Z: Bab II: Kesalahan (part 1)

Baca bab sebelumnya di sini.

Ingin baca dari awal? Ke sini.


Langley, Virginia, Amerika Serikat

(Kantor milik direktur CIA ini bisa dikira ruang kerja seorang eksekutif, dokter, atau kepala sekolah SMA. Ada lemari berisi buku-buku teks, jajaran ijazah dalam bingkai dan foto-foto di dinding, serta sebuah bola kasti di atas meja yang ditandatangani pemain Cincinnati Reds, Johnny Bench. Tuan rumahku, Bob Archer, sepertinya bisa melihat bahwa aku menyangka ruangannya akan terlihat unik, berbeda. Mungkin itu sebabnya mengapa dia mengatur agar wawancara kami diadakan di sini).

Ketika kau mendengar nama CIA, di dalam kepalamu pasti langsung terbayang dua mitos paling populer di kalangan publik tentang kami. Yang pertama: pekerjaan kami adalah melacak segala bentuk ancaman terhadap Amerika dari seluruh dunia. Yang kedua: kami punya semua sumber daya dan kemampuan untuk melakukan yang pertama. Kedua mitos itu berguna untuk melindungi pekerjaan-pekerjaan kami yang sebenarnya, yang sangat rahasia. Kerahasiaan menimbulkan ruang kosong, dan spekulasi paranoid kalian sangat cocok untuk mengisi ruang kosong itu. Contoh: "Hei, apa kau dengar soal pembunuhan si anu? Katanya CIA yang melakukannya." "Hei, dengar soal kudeta di El Banana Republico? Pasti kerjaan CIA." "Hati-hati kalau membuka situs itu, CIA merekam data-datamu!" Inilah hal-hal yang dibayangkan semua orang tentang kami sebelum Perang Zombie, dan kami dengan senang hati mengipas-ngipasinya. Kami ingin orang-orang jahat mendengar desas-desus itu agar mereka takut kepada kami, dan bahkan berpikir dua kali sebelum menyakiti warga Amerika.

Satu-satunya kerugiannya adalah ketika masyarakat sipil Amerika juga mempercayai desas-desus itu. Ketika sesuatu yang buruk terjadi tanpa peringatan, mereka pasti langsung menyalahkan kami. "Hei, bagaimana bisa negara gila itu punya nuklir? Mana CIA?" "Kenapa kelompok fanatik membunuhi orang-orang tak berdosa? Mana CIA?" "Kenapa ketika mayat-mayat hidup datang, kami tidak tahu apa-apa soal itu sampai mereka mendadak muncul di halaman belakang kami? Mana CIA bedebah itu?"

Kenyataannya, baik CIA maupun agen-agen intelegensi resmi dan tidak resmi Amerika tak pernah sekalipun mengetahui yang namanya organisasi Illuminati global atau semacamnya. Kami tidak pernah mendapat pendanaan dari sumber-sumber semacam itu. Bahkan di masa-masa Cek Kosong atau Perang Dingin, mustahil bagi kami untuk mengecek setiap kamar, gua, gang sempit, rumah bordil, bunker, kantor, rumah, mobil, dan area pedesaan di seluruh dunia. Jangan salah, aku tidak bilang kalau kami tak becus, dan kami juga benar-benar berada di balik berbagai peristiwa, seperti yang telah dicurigai para pendukung maupun pengritik kami. Tapi, seandainya kami benar-benar berada di balik berbagai teori konspirasi gila seperti Pearl Harbor dan sejenisnya, kami pasti sudah jadi organisasi yang lebih kuat daripada Amerika Serikat dan bahkan seluruh ras manusia.

Sayangnya, kami bukan organisasi super rahasia yang menguasai teknologi alien. Kami juga punya kelemahan dan aset terbatas, jadi mengapa kami harus menyia-nyiakan aset kami demi melacak semua jenis potensi ancaman? Kami tidak bisa mengejar setiap rumor tentang bahaya tersembunyi dengan harapan akan menemukan sesuatu yang berharga. Kami harus selalu mengidentifikasi dan berfokus pada ancaman yang jelas dan nyata. Kalau tetangga Sovietmu mencoba membakar rumahmu, kau tidak akan menaruh perhatian pada tetangga Arabmu di blok sebelah. Jika tetangga Arabmu mendadak mengacau di halaman belakangmu, kau tidak akan memikirkan apa yang dilakukan Cina. Jika suatu hari para “ChiCom” mendadak muncul di depan pintumu sambil membawa surat pengusiran di tangan kanan dan bom Molotov di tangan kiri, hal terakhir yang akan kau lakukan adalah menengok ke belakang untuk melihat kalau-kalau ada mayat hidup di sana.

Tapi, bukankah penyebaran wabahnya memang berawal dari Cina?

Memang. Itu, dan juga salah satu Makskirovka terbaik dalam sejarah spionase modern.

Maaf?

Itu istilah untuk tipuan. Pengalih perhatian. Cina sudah tahu kalau mereka adalah salah satu target pengawasan utama kami. Mereka tahu kalau mereka tidak akan pernah bisa menyembunyikan kenyataan di balik program sapu bersih berbasis “Kesehatan dan Keamanan” mereka. Jadi, mereka menyadari bahwa cara terbaik untuk menyembunyikan kenyataan adalah dengan menunjukkannya secara terbuka. Mereka tidak berbohong tentang program sapu bersih; mereka hanya berbohong soal siapa yang mereka sapu.

Maksudmu para penentang pemerintah?

Lebih dari itu. Ingat semua insiden Selat Taiwan? Kemenangan Partai Nasional Independen Taiwan. Menteri pertahanan Cina dibunuh. Ancaman perang. Demonstrasi. Semua ini sebenarnya dirancang oleh menteri keamanan negara untuk mengalihkan perhatian dunia dari bahaya sesungguhnya yang sedang berkembang di Cina, dan berhasil! Semua intel kami di Cina melaporkan hal yang sama. Orang-orang yang hilang secara misterius. Eksekusi masal. Jam malam; pokoknya, semua aktivitas standar yang normal dilakukan para komunis Cina. Malah, strategi mereka begitu suksesnya, sehingga kami semua yakin bahwa Perang Dunia Ketiga benar-benar akan pecah di Selat Taiwan, sehingga kami justru memindahkan semua intel kami dari negara-negara dimana wabah zombie sedang mulai menyebar.

Jadi, Cina sehebat itu?

Ya, dan kami sangat buruk. Peristiwa itu mencoreng nama kami. Sejak saat itu, kami masih berusaha keras pulih dari pembantaian besar-besaran….

Maksudmu reformasi institusi?

Tidak, itu bukan reformasi. Mereka benar-benar membantai kami habis-habisan. Ketika Joseph Stalin menembak atau memenjarakan komandan-komandan militernya, dampaknya terhadap keamanan negaranya tidak sebesar apa yang terjadi ketika orang-orang administrasi pemerintahan menerapkan “reformasi” mereka pada kami. Perang melawan teror dulu itu adalah kekacauan besar, dan coba tebak siapa yang kena getahnya. Dulu kami diperintahkan untuk membuat pembenaran terhadap agenda politis tertentu, dan ketika agenda politis itu menjadi halangan, mereka yang tadinya memerintahkan kami melakukannya kini menyeberang ke pihak publik dan ikut-ikutan menudingkan jari mereka ke arah kami. “Siapa yang menyuruh kita untuk berperang? Siapa yang membuat semua kekacauan ini? CIA!”

Kami tidak bisa membela diri, kecuali kami ingin membongkar rahasia keamanan negara. Kami hanya bisa menerima semuanya. Hasilnya? Kacau sekali. Banyak orang kami yang berpikir mengapa mereka harus diam saja dan menjadi sasaran perburuan politis sementara mereka bisa pindah ke institusi swasta, mendapat gaji lebih besar, jam kerja teratur, dan penghargaan yang lebih besar atas apa yang mereka lakukan. Kami kehilangan banyak orang hebat; mereka yang berpengalaman, punya inisiatif, dan mampu menganalisis situasi dengan cemerlang. Yang tersisa tinggal orang-orang tak berguna yang tak kompeten namun suka ikut campur.

Tapi, tidak mungkin semua yang tersisa seperti itu, ‘kan?

Tidak, tentu saja tidak. Masih banyak yang tetap tinggal karena mereka benar-benar yakin terhadap apa yang mereka kerjakan. Kami tidak bekerja demi uang atau pujian. Kami ingin melayani negara. Tapi bahkan bagi orang-orang idealis, ada saatnya dimana kami harus menerima bahwa semua usaha keras kami terkadang berujung pada kesia-siaan.

Jadi, kau tentu sudah tahu apa yang terjadi waktu itu.

Tidak, aku tidak bisa…kami tidak bisa mengonfirmasi apapun waktu itu.

Tapi kau pasti punya kecurigaan.

Aku punya…keraguan.

Bisa lebih spesifik?

Tidak, maafkan aku. Tapi yang jelas, aku sudah mencoba membicarakan hal tersebut dengan beberapa kolega.

Apa reaksi mereka?

Hanya satu: “kau akan tamat.”

Itu saja?

(Dia mengangguk). Waktu itu aku bicara dengan…seseorang yang punya posisi. Hanya rapat singkat lima menit, dana aku menyuarakan kekhawatiranku. Dia bilang terima kasih dan akan menyelidikinya. Hari itu, aku langsung ditransfer ke Buenos Aires, efektif saat itu juga.

Apa kau pernah dengar tentang Laporan Warmbrunn-Knight?

Tentu saja. Dulu, Paul Knight sendiri yang memberikan kopian laporan itu kepada direktur, ditandai “Rahasia.” Tiga tahun setelah peristiwa Kepanikan Besar, laporan itu kami temukan terkubur di bawah tumpukan berkas di meja salah satu kerani di kantor San Antonio. Rupanya, tepat setelah aku ditransfer ke Buenos Aires, Israel menyampaikan rencana “Karantina Sukarela” mereka kepada publik. Tiba-tiba saja, peringatan itu tak ada gunanya lagi. Hal yang sebenarnya sudah terjadi. Yang tersisa tinggal pertanyaan soal siapa yang akan memercayainya.

Baca bagian selanjutnya di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar